Senin, 13 Juni 2016

PENELITIAN; RAMAYANA KAKAWIN



ANALISIS TEKS
KAKAWIN RAMAYANA SARGA XIII
EPISODE: “NASIHAT SANG WIBHISANA KEPADA DAҪAMUKA”


TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER


Pengampu : Drs. Supardjo, M.Hum.
Disusun oleh : Khotimatul Aminah ( C0114033)


JURUSAN SASTRA DAERAH UNTUK SASTRA JAWA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Analisis Teks Kakawin Ramayana Sarga XIII Episode “Nasihat Sang Wibhisana kepada Daҫamuka.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Telaah Naskah Jawa Kuna di Universitas Sebelas Maret serta merupakan suatu acuan berpikir kritis mahasiswa Sastra Daerah.
Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini, khususnya kepada semua pihak yang terlibat langsung dalam pembuatan makalah ini.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan, materi maupun analisis, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhirnya kami berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.


Surakarta, 06 Juni 2016



Penyusun,




DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………..………………………………………………………i
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………...………..iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang  .................................................................................................1
B.     Rumusan Masalah .............................................................................................2
C.     Tujuan Penulisan ...............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A.    Sajian Data
1.      Teks Asli .....................................................................................................3
2.      Terjemahan .................................................................................................4
B.     Analisis Teks
1.      Ringkasan Cerita .........................................................................................5
2.      Inti Cerita dan Local Genius .......................................................................6
BAB III PENUTUP
1.      Kesimpulan .......................................................................................................7
2.      Saran .................................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Naskah merupakan bentuk konkret dari teks. Naskah merupakan salah satu objek kajian filologi. Menurut Djamaris dalam Eny Kusumastuti Damayanti (2000 : 8) Naskah adalah semua peninggalan tertulis nenek moyang pada kertas, lontar, kulit kayu, dan rotan. Naskah Kuno yang dalam dunia filologi biasa disebut manuscript, biasanya ditulis tangan dengan menggunakan berbagai bahan, bisa kayu, lontar, kulit hewan atau tumbuhan, dan juga kertas.
Kakawin: Rāmāyaṇa adalah kakawin (syair) berisi cerita Ramayana. Ditulis dalam bentuk tembang berbahasa Jawa Kuna, diduga dibuat di Mataram Hindu pada masa pemerintahan Dyah Balitung sekitar tahun 820-832 Saka atau sekitar tahun 870 M. Kakawin ini disebut-sebut sebagai adikakawin karena dianggap yang pertama, terpanjang, dan terindah gaya bahasanya dari periode Hindu-Jawa. Kakawin Ramayana menjadi Kakawin paling populer pada masa itu. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya salinan yang bisa diselamatkan. Padahal Kakawin ini sangat panjang hingga memerlukan waktu yang panjang untuk menyalinnya. (Zoetmulder, 1983; 277).
Menyinggung mengenai isi Teks dari Kakawin Ramayana, khususnya kakawin Ramayana (RP 272) yang berada di Perpustakaan Museum Radyapustaka, bahwa pada umumnya Teks Ramayana ini berisi mengenai kisah cinta dari tokoh Rama dan Sita yang terdiri dari 26 Sarga dan 7 kanda (Balakanda, Ayodhyakanda, Aranyakanda, Kiskindhakanda, Sundarakanda, Yuddhakanda, Uttarakanda). Namun dalam penelitian ini penulis tidak akan menganalisis kakawin Ramayana secara keseluruhan, melainkan hanya menganalisis episode “Nasihat Sang Wibhisana kepada Daҫamuka” yang ceritanya terdapat pada Sarga ke XIII khususnya pada 89-97. Karena dalam bait ini terdapat nilai moral yang dapat kita petik sebagai pembelajaran hidup.
B.     Rumusan Masalah
a.       Bagaimana gambaran secara lengkap mengenai kakawin Ramayana Sarga XIII pada 89-97?
b.      Apa inti cerita dan local genius yang terdapat pada kakawin Ramayana Sarga XIII pada 89-97?

C.    Tujuan
a.       Menggambarkan cerita secara lengkap mengenai kakawin Ramayana Sarga XIII pada 89-97.
b.      Menjelaskan inti cerita dan local genius yang terdapat pada kakawin Ramayana Sarga XIII padha 89-97.













BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sajian Data

1.       Teks Asli

89. Mwaṅ tak manon Ҫakti nikaṅ jagad kabeh, anuṅ sayogyā ҫaraṇānta riṅ raṇa, haywa lawi saṅka ri san Raghūttama, paḍānirātah tuwi tat tamaṅguha.
90. Sakwehnikaṅ dewata yukti āҫraya, kang unika nyānumaneṅ jagat kita, tapwan panāsih ta musuhta taṅ sarāt, ndi tāk-ta maṅgu ṅ caraṇānuṅāsiha.
91. Yapwan bhaṭāreҫwara liṅta āҫraya, tamāpi tar māsiha rin wwaṅ uddhata, apan sukā saṅ ҫubhaҫīla denira, tatann asiṅ wwaṅ pwa kināsihannira.
92. Ike ri naṅka pwa atidurga durgama, samudra gambhīra gunuṅ pagěrnika, kabyetnikān maṅkana tan ya paṅhaḍa, ta durga de saṅ abhimānamānasa.
93. Saṅkěp kiteṅ saἢjata koҫa wāhana, wȇdwāniraṅ Rāghawa tan paseṅjata, kabwatnikān tan hana ṅ āyudhe riya, saṅkěpnikān maṅkana kapwa sāyudha.
94. Asiṅ mawit tāyudha yar těkeṅ riya, ghunung magӧṅ mwaṅ watu parwatottama, yan tan hana ṅ parwata len ҫilātala, kukūnya huntunya yudanya tan kalen.
95. Tatar hanātar gamananya durbalā, tuhun balantekana liṅku durbala, mataṅnya tan lena yanā kěnā huwus, maněmbahātah riṅ siraṅ raguttama.
96. ṅhulunn uměṅgěp huměnaṅ manaṅguhi, tatan sumāṅka ri widagdhaniṅ hulun, ya trěṣṇe riṅ bhoga taman warěg suka, na hetuniṅ mūḍa wwaṅ manaṅguhi.
97. Nahan ta taṅguhnira saṅ wibhīṣaṇa, kumonakěn saṅ raghuputra sěmbahěn, sakrodha tāmběknira san Daҫānana, tatan sahur hewe riṅ saṅ Wibhīṣaṇa.

2.      Terjemahan Teks
89.  Dan aku tidak tau orang sakti di dunia ini semua, yang sekiranya patut kamu mintai tolong di peperangan. Jangan lagi lebih dari sang Rama, yang agak samapun kamu tak akan mendapat.
90.  Sekalian dewa patut dimintai tolong. Tetapi yang sudah-sudah kamu tidak mempunyai belas kepada dunia. Belum ada cintamu, musuhmu sedunia ini. Dimana kamu hendak mencari pertolongan dari yang sekiranya cinta kepadamu?
91.  Jika kamu hendak melindung kepada tuhan, katamu, tetapi beliau tidak cinta kepada orang yang tekabur. Sebab maksud tuhan itu ialah untuk menyenangkan orang yang baik budinya. Dan lagi tidak setiap orang dicinta oleh tuhannya.
92.  Ini di Lengka sangat kuat, susah didatangi. Laut dalam dan bukit pagarnya. Biarpun begitu, tidak boleh itu dibanggakan, sebab bagi orang yang luhur budinya, tidak ada barang sulit.
93.  Lengkap kamu dengan senjata, alat dan kendaraan, tentara sang Rama tak bersenjata. Biar pun tidak ada senjata pada mereka, tetapi dengan begitu saja, mereka itu sama bersenjata juga.
94.  Apa-apa yang ada, menjadi senjatalah jika mulai perang. Pohon besar dan batu-batu dari bukit, itu yang terutama. Jika taka da bukit dan batu besar, kukunya dan giginya sama menjadi senjata pada mereka.
95.  Bagi mereka tidak adalah lantarannya menjadi kurang kuat. Tetapi tentaramulah dalam pada ini yang kurang kuat, kataku. Karena itu, tak lain agaknya yang boleh kita lakukan, sudah dari mula-mulanya, melainkan menyembah kepada yang mulia sang Rama.
96.  Patik tadinya bersikap diam saja, tetapi sekarang memberiingat, itu tidak karena kepandaian patik. Hanya karena cinta akan kesenangan dan belum kenyang akan kesukaan. Itulah karenanya orang bodoh dapat memberi ingat.
97.  Begitulah peringatan sang Wibhisana, menyuruh supaya sang Rama disembah. Marahlah hati sang Daҫamuka, tidak menyahut, benci kepada sang Wibhisana.



B.     Analisis Teks
1.      Ringkasan Cerita
Sang Wibhisana berkata kepada Dacamuka bahwa ia tidak menemukan orang sakti di dunia ini yang dapat dimintai pertolongan pada saat peperangan. Jangan lagi seperti Sang Rama, yang agak mirip pun Dacamuka tidak akan mendapatkannya. Sekalipun dewa yang patut diminai tolong. Hal ini disebabkan sang Dacamuka tidak mau bersahabat dengan alam, belum ada rasa cinta, sehingga Dacamuka memusuhi sedunia ini. Lalu dimana lagi kamu hendak mencari pertolongan yang sekiranya mencintai kamu?
Jika kamu hendak meminta perlindungan kepada Tuhan, tetapi tuhan tidak menyukaimu karena sikap takaburmu. Karena Tuhan hanya ingin menyenangkan orang yang baik budinya. Dan tidak semua orang dicintai oleh Tuhan. Di Lengka ini memang daerahnya sangat kuat, susah didatangi, dikelilingi oleh laut yang dalam dan pagarnya adalah bukit. Meskipun begitu itu tidak boleh dibanggakan(oleh Dacamuka). Sebab tidak ada sesuatu yang sulit untuk melewati itu semua bagi orang yang baik dan luhur budinya.
Meskipun kamu mempunyai senjata yang lengkap, alat dan kendaraan sedangkan tentara sang Rama tak bersenjata, itu sama saja tentara sang Rama memiliki senjata. Karena mereka lebih hebat. Apapu yang ada pada saat perang menjadi senjata mereka. Pohon besar dan batu dari bukit itu adalah senjata sang Rama dan tentaranya. Namun jika tidak ada batu dan bukit maka kuku dan gigi mereka yang menjadi senjata.
Bagi mereka tidak ada alasan untuk lemah. Tetapi tentaramulah yang pada saat ini kurang kuat, kata Wibhisana. Karena itu tidak ada yang dapat kita lakukan kecuali hanyalah menyembah kepada Sang Rama. Begitulah peringatan sang wibhisana menyurug agar Sang Rama disembah. Sang Dacamuka sangat marah kepada Wibhisana. Ia tak mau menanggapi kata-katanya karena sangat benci kepada sang Wibhisana.



2.      Inti Cerita dan Local Genius
a.       Inti Cerita:
Banyak sekali nasihat yang dituturkan sang Wibhisana kepada Dacamuka. Pada intinya Wibhisana menginginkan Dacamuka untuk tidak memusuhi sang Rama dan menyuruhnya untuk menyembah Rama. Wibhisana meyakinkan sang Dacamuka atas kemampuannya yang tidak sebanding dengan Rama dan tentaranya. Karena orang yang baik dan luhur budinya itu lebih sakti dan tidak dapat dikalahkan. Tetapi justru nasihat itu membuat Dacamuka marah dan benci kepada sang Wibhisana.
b.      Local Genius :
Dari kisah peperangan yang diceritakan diatas penulis dapat mengambil beberapa ajaran atau amanat sebagai berikut :
a.       Ketika kita diberi nasihat yang baik, hendaklah kita mendengarkan, instropeksi diri, dan memperbaiki apa-apa yang masih salah di dalam hidup kita.
b.      Memiliki kesaktian tetapi jahat itu sama saja tidak ada gunanya, karena akan ada orang baik dan luhur budinya yang jauh lebih sakti dibandingkan orang jahat tersebut. Karena Tuhan selalu memihak pada yang baik.
c.       Hendaklah kita sesama makhluk saling bersaudara dan hidup berdampingan. Jangan saling memusuhi.
d.      Sebagai makhluk yang menempati bumi, hendaklah kita menjaga keseimbangan dan memelihara kelestarian jagad ini. Jangan sampai kita membuat kerusakan dan mengusik ketenangan jagad. Karena hal itu dapat menimbulkan murka Tuhan.
e.       Sebagai sesame makhluk hendaklah kita saling mengingatkan.





BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Penulis menyimpulkan gambaran secara lengkap mengenai kakawin Ramayana Sarga 21 padha 177-185 sebagai berikut. Banyak sekali nasihat yang dituturkan sang Wibhisana kepada Dacamuka. Pada intinya Wibhisana menginginkan Dacamuka untuk tidak memusuhi sang Rama dan menyuruhnya untuk menyembah Rama. Wibhisana meyakinkan sang Dacamuka atas kemampuannya yang tidak sebanding dengan Rama dan tentaranya. Karena orang yang baik dan luhur budinya itu lebih sakti dan tidak dapat dikalahkan. Tetapi justru nasihat itu membuat Dacamuka marah dan benci kepada sang Wibhisana.
Dari nasihat yang dipaparkan diatas penulis dapat mengambil beberapa ajaran atau amanat antara lain : Ketika kita diberi nasihat yang baik, hendaklah kita mendengarkan, instropeksi diri, dan memperbaiki apa-apa yang masih salah di dalam hidup kita. Memiliki kesaktian tetapi jahat itu sama saja tidak ada gunanya, karena akan ada orang baik dan luhur budinya yang jauh lebih sakti dibandingkan orang jahat tersebut. Karena Tuhan selalu memihak pada yang baik. Hendaklah kita sesama makhluk saling bersaudara dan hidup berdampingan. Jangan saling memusuhi. Sebagai makhluk yang menempati bumi, hendaklah kita menjaga keseimbangan dan memelihara kelestarian jagad ini. Jangan sampai kita membuat kerusakan dan mengusik ketenangan jagad. Karena hal itu dapat menimbulkan murka Tuhan. Sebagai sesama makhluk hendaklah kita saling mengingatkan.

B.     Saran
1.      Nilai-nilai ajaran yang ada dalam kakawin Ramayana perlu dikaji dan disebarluaskan agar di mengerti oleh masyarakat.
2.      Pengkajian teks kakawin Ramayana perlu dilakukan kembali bagi peneliti-peneliti naskah.

Prof. Dr. R. M. Ng. Poerbatjaraka Ramayana Djawa Kuna Sarga XIII – XXVI.Perpusnas RI: 2010 Jakarta