ANALISIS TEKS
KAKAWIN RAMAYANA SARGA XIII
EPISODE:
“NASIHAT SANG WIBHISANA KEPADA DAҪAMUKA”
TUGAS
UJIAN AKHIR SEMESTER
Pengampu : Drs. Supardjo, M.Hum.
Disusun oleh :
Khotimatul Aminah ( C0114033)
JURUSAN SASTRA DAERAH UNTUK SASTRA JAWA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT,
atas rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “Analisis Teks Kakawin
Ramayana Sarga XIII Episode “Nasihat
Sang Wibhisana kepada Daҫamuka.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu persyaratan
untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Telaah Naskah Jawa Kuna di Universitas
Sebelas Maret serta merupakan suatu acuan berpikir kritis mahasiswa Sastra
Daerah.
Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan
terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam
menyelesaikan penyusunan makalah ini, khususnya kepada semua pihak yang
terlibat langsung dalam pembuatan makalah ini.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak
kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan, materi maupun analisis,
mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari
semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhirnya kami berharap semoga Allah memberikan imbalan
yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan
semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.
Surakarta, 06 Juni 2016
Penyusun,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………..………………………………………………………i
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………...………..iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
.................................................................................................1
B.
Rumusan Masalah
.............................................................................................2
C.
Tujuan Penulisan
...............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Sajian Data
1.
Teks Asli
.....................................................................................................3
2.
Terjemahan
.................................................................................................4
B.
Analisis Teks
1.
Ringkasan Cerita
.........................................................................................5
2.
Inti Cerita dan Local Genius
.......................................................................6
BAB III PENUTUP
1.
Kesimpulan .......................................................................................................7
2.
Saran
.................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Naskah merupakan bentuk konkret dari teks. Naskah merupakan salah satu
objek kajian filologi. Menurut Djamaris dalam Eny Kusumastuti Damayanti (2000 :
8) Naskah adalah semua peninggalan tertulis nenek moyang pada kertas, lontar,
kulit kayu, dan rotan. Naskah Kuno yang dalam dunia filologi biasa disebut manuscript,
biasanya ditulis tangan dengan menggunakan berbagai bahan, bisa kayu, lontar,
kulit hewan atau tumbuhan, dan juga kertas.
Kakawin: Rāmāyaṇa
adalah kakawin (syair) berisi cerita Ramayana. Ditulis dalam bentuk tembang
berbahasa Jawa Kuna, diduga dibuat di Mataram Hindu pada masa pemerintahan Dyah
Balitung sekitar tahun 820-832 Saka atau sekitar tahun 870 M. Kakawin ini
disebut-sebut sebagai adikakawin karena dianggap yang pertama, terpanjang, dan
terindah gaya bahasanya dari periode Hindu-Jawa. Kakawin Ramayana menjadi
Kakawin paling populer pada masa itu. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya salinan
yang bisa diselamatkan. Padahal Kakawin ini sangat panjang hingga memerlukan
waktu yang panjang untuk menyalinnya. (Zoetmulder,
1983; 277).
Menyinggung mengenai isi Teks dari Kakawin Ramayana, khususnya kakawin
Ramayana (RP 272) yang berada di Perpustakaan Museum Radyapustaka, bahwa pada
umumnya Teks Ramayana ini berisi mengenai kisah cinta dari tokoh Rama dan Sita
yang terdiri dari 26 Sarga dan 7 kanda (Balakanda, Ayodhyakanda, Aranyakanda,
Kiskindhakanda, Sundarakanda, Yuddhakanda, Uttarakanda). Namun dalam penelitian
ini penulis tidak akan menganalisis kakawin Ramayana secara keseluruhan,
melainkan hanya menganalisis episode “Nasihat Sang Wibhisana kepada Daҫamuka”
yang ceritanya terdapat pada Sarga ke XIII khususnya pada 89-97. Karena dalam
bait ini terdapat nilai moral yang dapat kita petik sebagai pembelajaran hidup.
B. Rumusan Masalah
a.
Bagaimana
gambaran secara lengkap mengenai kakawin Ramayana Sarga XIII pada 89-97?
b.
Apa inti
cerita dan local genius yang terdapat pada kakawin Ramayana Sarga XIII pada 89-97?
C. Tujuan
a.
Menggambarkan
cerita secara lengkap mengenai kakawin Ramayana Sarga XIII pada 89-97.
b.
Menjelaskan
inti cerita dan local genius yang terdapat pada kakawin Ramayana Sarga XIII
padha 89-97.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Sajian Data
1.
Teks Asli
89.
Mwaṅ tak manon Ҫakti nikaṅ jagad kabeh, anuṅ sayogyā ҫaraṇānta riṅ raṇa, haywa
lawi saṅka ri san Raghūttama, paḍānirātah tuwi tat tamaṅguha.
90. Sakwehnikaṅ dewata yukti āҫraya,
kang unika nyānumaneṅ jagat kita, tapwan panāsih ta musuhta taṅ sarāt, ndi tāk-ta
maṅgu ṅ caraṇānuṅāsiha.
91. Yapwan bhaṭāreҫwara liṅta āҫraya,
tamāpi tar māsiha rin wwaṅ uddhata, apan sukā saṅ ҫubhaҫīla denira, tatann asiṅ
wwaṅ pwa kināsihannira.
92. Ike ri naṅka pwa atidurga durgama,
samudra gambhīra gunuṅ pagěrnika, kabyetnikān maṅkana tan ya paṅhaḍa, ta durga
de saṅ abhimānamānasa.
93. Saṅkěp kiteṅ saἢjata koҫa wāhana, wȇdwāniraṅ
Rāghawa tan paseṅjata, kabwatnikān tan hana ṅ āyudhe riya, saṅkěpnikān maṅkana
kapwa sāyudha.
94. Asiṅ mawit tāyudha yar těkeṅ riya,
ghunung magӧṅ mwaṅ watu parwatottama, yan tan hana ṅ parwata len ҫilātala,
kukūnya huntunya yudanya tan kalen.
95. Tatar hanātar gamananya durbalā,
tuhun balantekana liṅku durbala, mataṅnya tan lena yanā kěnā huwus,
maněmbahātah riṅ siraṅ raguttama.
96. ṅhulunn uměṅgěp huměnaṅ manaṅguhi,
tatan sumāṅka ri widagdhaniṅ hulun, ya trěṣṇe riṅ bhoga taman warěg suka, na
hetuniṅ mūḍa wwaṅ manaṅguhi.
97. Nahan ta taṅguhnira saṅ wibhīṣaṇa,
kumonakěn saṅ raghuputra sěmbahěn, sakrodha tāmběknira san Daҫānana, tatan
sahur hewe riṅ saṅ Wibhīṣaṇa.
2. Terjemahan
Teks
89. Dan
aku tidak tau orang sakti di dunia ini semua, yang sekiranya patut kamu mintai
tolong di peperangan. Jangan lagi lebih dari sang Rama, yang agak samapun kamu
tak akan mendapat.
90. Sekalian
dewa patut dimintai tolong. Tetapi yang sudah-sudah kamu tidak mempunyai belas
kepada dunia. Belum ada cintamu, musuhmu sedunia ini. Dimana kamu hendak
mencari pertolongan dari yang sekiranya cinta kepadamu?
91. Jika
kamu hendak melindung kepada tuhan, katamu, tetapi beliau tidak cinta kepada orang
yang tekabur. Sebab maksud tuhan itu ialah untuk menyenangkan orang yang baik
budinya. Dan lagi tidak setiap orang dicinta oleh tuhannya.
92. Ini
di Lengka sangat kuat, susah didatangi. Laut dalam dan bukit pagarnya. Biarpun
begitu, tidak boleh itu dibanggakan, sebab bagi orang yang luhur budinya, tidak
ada barang sulit.
93. Lengkap
kamu dengan senjata, alat dan kendaraan, tentara sang Rama tak bersenjata. Biar
pun tidak ada senjata pada mereka, tetapi dengan begitu saja, mereka itu sama
bersenjata juga.
94. Apa-apa
yang ada, menjadi senjatalah jika mulai perang. Pohon besar dan batu-batu dari
bukit, itu yang terutama. Jika taka da bukit dan batu besar, kukunya dan
giginya sama menjadi senjata pada mereka.
95. Bagi
mereka tidak adalah lantarannya menjadi kurang kuat. Tetapi tentaramulah dalam
pada ini yang kurang kuat, kataku. Karena itu, tak lain agaknya yang boleh kita
lakukan, sudah dari mula-mulanya, melainkan menyembah kepada yang mulia sang
Rama.
96. Patik
tadinya bersikap diam saja, tetapi sekarang memberiingat, itu tidak karena
kepandaian patik. Hanya karena cinta akan kesenangan dan belum kenyang akan
kesukaan. Itulah karenanya orang bodoh dapat memberi ingat.
97. Begitulah
peringatan sang Wibhisana, menyuruh supaya sang Rama disembah. Marahlah hati
sang Daҫamuka, tidak menyahut, benci kepada sang Wibhisana.
B. Analisis
Teks
1.
Ringkasan
Cerita
Sang Wibhisana berkata
kepada Dacamuka bahwa ia tidak menemukan orang sakti di dunia ini yang dapat
dimintai pertolongan pada saat peperangan. Jangan lagi seperti Sang Rama, yang
agak mirip pun Dacamuka tidak akan mendapatkannya. Sekalipun dewa yang patut
diminai tolong. Hal ini disebabkan sang Dacamuka tidak mau bersahabat dengan
alam, belum ada rasa cinta, sehingga Dacamuka memusuhi sedunia ini. Lalu dimana
lagi kamu hendak mencari pertolongan yang sekiranya mencintai kamu?
Jika kamu hendak meminta
perlindungan kepada Tuhan, tetapi tuhan tidak menyukaimu karena sikap
takaburmu. Karena Tuhan hanya ingin menyenangkan orang yang baik budinya. Dan
tidak semua orang dicintai oleh Tuhan. Di Lengka ini memang daerahnya sangat
kuat, susah didatangi, dikelilingi oleh laut yang dalam dan pagarnya adalah
bukit. Meskipun begitu itu tidak boleh dibanggakan(oleh Dacamuka). Sebab tidak
ada sesuatu yang sulit untuk melewati itu semua bagi orang yang baik dan luhur
budinya.
Meskipun kamu mempunyai
senjata yang lengkap, alat dan kendaraan sedangkan tentara sang Rama tak
bersenjata, itu sama saja tentara sang Rama memiliki senjata. Karena mereka
lebih hebat. Apapu yang ada pada saat perang menjadi senjata mereka. Pohon
besar dan batu dari bukit itu adalah senjata sang Rama dan tentaranya. Namun
jika tidak ada batu dan bukit maka kuku dan gigi mereka yang menjadi senjata.
Bagi mereka tidak ada
alasan untuk lemah. Tetapi tentaramulah yang pada saat ini kurang kuat, kata
Wibhisana. Karena itu tidak ada yang dapat kita lakukan kecuali hanyalah
menyembah kepada Sang Rama. Begitulah peringatan sang wibhisana menyurug agar
Sang Rama disembah. Sang Dacamuka sangat marah kepada Wibhisana. Ia tak mau
menanggapi kata-katanya karena sangat benci kepada sang Wibhisana.
2.
Inti Cerita
dan Local Genius
a.
Inti Cerita:
Banyak sekali nasihat yang dituturkan sang Wibhisana
kepada Dacamuka. Pada intinya Wibhisana menginginkan Dacamuka untuk tidak
memusuhi sang Rama dan menyuruhnya untuk menyembah Rama. Wibhisana meyakinkan
sang Dacamuka atas kemampuannya yang tidak sebanding dengan Rama dan
tentaranya. Karena orang yang baik dan luhur budinya itu lebih sakti dan tidak
dapat dikalahkan. Tetapi justru nasihat itu membuat Dacamuka marah dan benci
kepada sang Wibhisana.
b.
Local Genius :
Dari kisah peperangan yang diceritakan diatas penulis dapat mengambil
beberapa ajaran atau amanat sebagai berikut :
a.
Ketika kita
diberi nasihat yang baik, hendaklah kita mendengarkan, instropeksi diri, dan
memperbaiki apa-apa yang masih salah di dalam hidup kita.
b.
Memiliki
kesaktian tetapi jahat itu sama saja tidak ada gunanya, karena akan ada orang
baik dan luhur budinya yang jauh lebih sakti dibandingkan orang jahat tersebut.
Karena Tuhan selalu memihak pada yang baik.
c.
Hendaklah kita
sesama makhluk saling bersaudara dan hidup berdampingan. Jangan saling
memusuhi.
d.
Sebagai
makhluk yang menempati bumi, hendaklah kita menjaga keseimbangan dan memelihara
kelestarian jagad ini. Jangan sampai kita membuat kerusakan dan mengusik
ketenangan jagad. Karena hal itu dapat menimbulkan murka Tuhan.
e.
Sebagai sesame
makhluk hendaklah kita saling mengingatkan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penulis
menyimpulkan gambaran secara lengkap mengenai kakawin
Ramayana Sarga 21 padha 177-185 sebagai berikut. Banyak sekali nasihat yang
dituturkan sang Wibhisana kepada Dacamuka. Pada intinya Wibhisana menginginkan Dacamuka
untuk tidak memusuhi sang Rama dan menyuruhnya untuk menyembah Rama. Wibhisana
meyakinkan sang Dacamuka atas kemampuannya yang tidak sebanding dengan Rama dan
tentaranya. Karena orang yang baik dan luhur budinya itu lebih sakti dan tidak
dapat dikalahkan. Tetapi justru nasihat itu membuat Dacamuka marah dan benci
kepada sang Wibhisana.
Dari nasihat yang dipaparkan diatas penulis dapat
mengambil beberapa ajaran atau amanat antara lain : Ketika kita diberi nasihat
yang baik, hendaklah kita mendengarkan, instropeksi diri, dan memperbaiki
apa-apa yang masih salah di dalam hidup kita. Memiliki kesaktian tetapi jahat
itu sama saja tidak ada gunanya, karena akan ada orang baik dan luhur budinya
yang jauh lebih sakti dibandingkan orang jahat tersebut. Karena Tuhan selalu
memihak pada yang baik. Hendaklah kita sesama makhluk saling bersaudara dan
hidup berdampingan. Jangan saling memusuhi. Sebagai makhluk yang menempati
bumi, hendaklah kita menjaga keseimbangan dan memelihara kelestarian jagad ini.
Jangan sampai kita membuat kerusakan dan mengusik ketenangan jagad. Karena hal
itu dapat menimbulkan murka Tuhan. Sebagai sesama makhluk hendaklah kita saling
mengingatkan.
B. Saran
1.
Nilai-nilai
ajaran yang ada dalam kakawin Ramayana perlu dikaji dan disebarluaskan agar di mengerti oleh
masyarakat.
2.
Pengkajian
teks kakawin Ramayana perlu dilakukan kembali bagi peneliti-peneliti naskah.
Prof. Dr. R. M. Ng.
Poerbatjaraka Ramayana Djawa Kuna Sarga XIII – XXVI.Perpusnas RI: 2010 Jakarta