Selasa, 18 Oktober 2016

BIODATA BLOGGER

KHOTIMATUL AMINAH
adalah mahasiswa Sastra Jawa di Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta. Ia lahir pada tanggal 17 November 1996. Memulai pendidikan Sekolah Dasar di SDN Purwosari 2, Sekolah Menengah Pertama di SMP N 1 Kawadungan, kemudian ia melanjutkan studinya di Madrasah Aliyah Negeri Ngawi. Dibangku Madrasah ia mengenal sosok guru inspiratif yang juga seorang seniman sekaligus Sastrawan yaitu Kusprihyanto Namma. Kemudian ia mengikuti Kelompok Kerja Theater Magnit Ngawi dibawah bimbingan Kusprihyanto Namma. Di bangku inilah Khotimatul Aminah memulai belajar menulis dan bertheater. Ia pernah bermain di berbagai pementasan theater. Puisinya pernah dimuat di Majalah Alur DKS Surabaya, dan ia aktif mengantologikan puisinya bersama penyair dari anggota Magnit yang lainnya. Antologi puisinya ialah Potret Bisu dan Sajak Rindu.

KOLOFON NASKAH



TELAAH NASKAH JAWA KLASIK
ANALISIS KOLOFON YANG TERDAPAT PADA NASKAH JAWA
SERAT NGUSULBIYAH LAN SAPANUNGGILANIPUN,
YASAN DALEM KANGJENG RATU MAS BLITAR RP.348 DAN SULUK MUSAWARATAN RP.332.1

TUGAS

Pengampu : Drs. Supana, M.Hum.
Disusun oleh :
Khotimatul Aminah( C0114033)


PROGRAM STUDI SASTRA DAERAH UNTUK SASTRA JAWA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
TAHUN 2016

1.      Analisis kolofon naskah serat Ngusulbiyah lan Sapanunggilanipun, Yasan Dalem Kangjeng Ratu Mas Blitar(RP.348).
a.       Tujuan isi teks
Isi teks di dalam naskah ini menceritakan tentang sejarah islam dan teologi, dimulai dengan petunjuk Allah kepada nabi Muhammad sebelum turun ke dalam dunia, puisi fokus pada pertemuan nabi baru turun di Mekah dengan rajanya , Nabi Isa ( jesus ).
b.     Analisis Kolofon
 
Nomor Katalog        : RP 348
Judul Naskah            : Serat Ngusulbiyah lan Sapanunggilanipun, Yasan
                                  Dalem Kangjeng Ratu Mas Blitar
Jam                          : -
Hari                          : Senin
Pancawara               : Kaliwon
Sadwara                   : -
Saptawara                : Soma
Wuku                       : -
Tanggal                    : Sekawan(4)
Bulan                        : Dumadilakir
Mangsa                    : Kapitu
Tahun                       : Eje(je)
Windu                      : -
Nama Pengarang      : anonymous dan Kangjeng Ratu Mas Blitar
Nama Penyalin         : Pamijen Kasepuhan
Tempat Penyalinan    : Kartasura
Candrasengkala        : Sagara Panca Kawayang Ingrat (1654J/1732M)

2.      Analisis kolofon naskah Suluk Musawarat(RP.322.1).
a.       Tujuan Isi Teks
Isi teks di dalam naskah ini menceritakan tentang musawarah dan perdebatan 8 wali yang membahas tentang tauhid, tekad, kewaspadaan, dan tentang ilmu kemakrifatan Seh Siti Jenar.
b.    Analisis Kolofon
Nomor Katalog         : RP 332.1
Judul Naskah             : Suluk Musawaratan
Jam                           : -
Hari                           : Kamis malem Jumat
Pancawara                : -
Sadwara                    : -
Saptawara                 : -
Wuku                        : -
Tanggal                     : Lima(5)
Bulan                         : Ramelan
Mangsa                     : -
Tahun                        : aksara widik
Windu                       : -
Nama Pengarang       : Ranggawarsita
Nama Penyalin          : Semantri
Tempat Penyalinan     : Surakarta
Candrasengkala         : gati kula ngesthi rama(1815)

Kearifan Drama Jawa


ASPEK KEARIFAN LOKAL PADA DRAMA JAWA
Oleh : Khotimatul Aminah
(4/10/16)

Sejak jaman dahulu Indonesia terkenal dengan kebudayaannya yang beranekaragam. Hampir disetiap daerah mempunyai kegiatan kebudayaan yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Keberagaman budaya tercermin dalam nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat, diantaranya nilai kerjasama atau gotong royong. Hal ini sesuai dengan pendapat Niode(2007:51) pada dasarnya nilai-nlai budaya terdiri dari; nilai yang menentukan identitas sesuatu, nilai ekonomi yang merupakan utilitas kegunaan, nilai agama yang berbentuk kedudukan, nilai seni yang menjelaskan keekspresian, nilai solidaritas yang menjelma dalam cinta, persahabatan, dan lain-lain. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa budaya memiliki kekayaan nilai pemersatu, penyelaras, sekaligus terdapat unsur education terhadap pelakunya yang disebut kearifan lokal. Kearifan lokal ini diturunkan secara turun temurun dan mengalami perkembangan sesuai perikehidupan dan kebudayaan masyarakat lokal. Kearifan lokal dapat ditemui salah satunya adalah seni drama Jawa.
Membicarakan seni drama tidak bisa lepas dengan theater. Kasim Achmad dalam bukunya Mengenal Teater Tradisional di Indonesia (2006) mengatakan, sejarah teater tradisional di Indonesia dimulai sejak sebelum Zaman Hindu. Pada zaman itu, ada tanda-tanda bahwa unsur-unsur teater tradisional banyak digunakan untuk mendukung upacara ritual. Teater tradisional merupakan bagian dari suatu upacara keagamaan ataupun upacara adat-istiadat dalam tata cara kehidupan masyarakat kita. Pada saat itu, yang disebut “teater”, sebenarnya baru merupakan unsur-unsur teater, dan belum merupakan suatu bentuk kesatuan teater yang utuh. Setelah melepaskan diri dari kaitan upacara, unsur-unsur teater tersebut membentuk suatu seni pertunjukan yang lahir dari spontanitas rakyat dalam masyarakat lingkungannya.
Terkait dengan kearifan lokal yang terdapat pada drama Jawa, erat hubungannya dengan ritual agama. Memiliki nilai sakral. Bahwa teater memiliki potensi menghibur tak menjadikan teater hanya semata hiburan. Dalam tradisi, teatar memiliki fungsi penting di dalam berbagai aspek kehidupan. Sebagai terapi sosial. Sebagai pelaras harmoni. Sebagai juru bicara. Sebagai pendidikan moral. Dan sebagai ilmu. Teater bukan hanya tempat bermain, tetapi juga padepokan atau tempat bertapa(Putu Wijaya, Kuliah Umum:2009). Mengikuti tontonan tradisi adalah terlibat dalam upacara yang tak mungkin tanpa kesertaan batin. Teater tradisi, memberikan pengalaman batin baik kepada penonton dan pelakunya. Benda-benda yang dipakai, bukan hanya barang tetapi juga adalah pelaku yang memiliki jiwa dan kehendak. Diajak berdialog dan diperlakukan dengan hormat.
Tidak bisa dipungkiri kenyataanya bahwa, theater tradisi selalu berjalan lurus dengan kesenian yang notabenenya adalah suatu mahakarya dari senimannya. Seni terlahir dari apa yang hidup dan tumbuh di sekeliling kehidupan senimannya: bumi yang dipijaknya, masyarakat di sekitarnya, bangsa dan negaranya, kehidupan sosial politis yang melingkunginya, sejarahnya, semangat, serta cita-cita zamannya(wisata theater:2011). Setiap hal yang disuarakan dalam suatu karya seni adalah apa yang tumbuh bergejolak dalam lingkungan masyarakatnya melalui pemikiran dan kerja senimannya. Jadi, seniman adalah corong dari masyarakat dan zamannya. Kebebasan dalam seni sesungguhnya menuntut adanya sebentuk tanggung jawab. Tanggung jawab terhadap dirinya sendiri maupun terhadap masyarakat dan zamannya, karena manusia pada dasarnya memiliki kecenderungan kepada kebenaran dan kebaikan(wisata theater:2011). 
Oleh karena itu, seni sering berkaitan erat dengan masalah moralitas. Seperti kata Hudson (1913:226) ”art is vitally connected with morality”. Seni yang sejati hanya bisa tumbuh atas kewajaran dan kejujuran; jujur menurut kenyataan jiwanya, dan wajar menurut kenyataan situasi dirinya serta lingkungannya.
 Sebagai karya seni, drama Jawa pun memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan serta permasalahan manusia. Aspek-aspek kejiwaan, masalah sosial, keagamaan, metafisika, politik, dan hak-hak azasi manusia merupakan daerah pembicaraan drama. Jika kita sadar, maka pemasalahan-permasalahan seperti itulah yang sesungguhnya menjadi visi dan esensi sebuah pertunjukan teater.