Selasa, 18 Oktober 2016

Kearifan Drama Jawa


ASPEK KEARIFAN LOKAL PADA DRAMA JAWA
Oleh : Khotimatul Aminah
(4/10/16)

Sejak jaman dahulu Indonesia terkenal dengan kebudayaannya yang beranekaragam. Hampir disetiap daerah mempunyai kegiatan kebudayaan yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Keberagaman budaya tercermin dalam nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat, diantaranya nilai kerjasama atau gotong royong. Hal ini sesuai dengan pendapat Niode(2007:51) pada dasarnya nilai-nlai budaya terdiri dari; nilai yang menentukan identitas sesuatu, nilai ekonomi yang merupakan utilitas kegunaan, nilai agama yang berbentuk kedudukan, nilai seni yang menjelaskan keekspresian, nilai solidaritas yang menjelma dalam cinta, persahabatan, dan lain-lain. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa budaya memiliki kekayaan nilai pemersatu, penyelaras, sekaligus terdapat unsur education terhadap pelakunya yang disebut kearifan lokal. Kearifan lokal ini diturunkan secara turun temurun dan mengalami perkembangan sesuai perikehidupan dan kebudayaan masyarakat lokal. Kearifan lokal dapat ditemui salah satunya adalah seni drama Jawa.
Membicarakan seni drama tidak bisa lepas dengan theater. Kasim Achmad dalam bukunya Mengenal Teater Tradisional di Indonesia (2006) mengatakan, sejarah teater tradisional di Indonesia dimulai sejak sebelum Zaman Hindu. Pada zaman itu, ada tanda-tanda bahwa unsur-unsur teater tradisional banyak digunakan untuk mendukung upacara ritual. Teater tradisional merupakan bagian dari suatu upacara keagamaan ataupun upacara adat-istiadat dalam tata cara kehidupan masyarakat kita. Pada saat itu, yang disebut “teater”, sebenarnya baru merupakan unsur-unsur teater, dan belum merupakan suatu bentuk kesatuan teater yang utuh. Setelah melepaskan diri dari kaitan upacara, unsur-unsur teater tersebut membentuk suatu seni pertunjukan yang lahir dari spontanitas rakyat dalam masyarakat lingkungannya.
Terkait dengan kearifan lokal yang terdapat pada drama Jawa, erat hubungannya dengan ritual agama. Memiliki nilai sakral. Bahwa teater memiliki potensi menghibur tak menjadikan teater hanya semata hiburan. Dalam tradisi, teatar memiliki fungsi penting di dalam berbagai aspek kehidupan. Sebagai terapi sosial. Sebagai pelaras harmoni. Sebagai juru bicara. Sebagai pendidikan moral. Dan sebagai ilmu. Teater bukan hanya tempat bermain, tetapi juga padepokan atau tempat bertapa(Putu Wijaya, Kuliah Umum:2009). Mengikuti tontonan tradisi adalah terlibat dalam upacara yang tak mungkin tanpa kesertaan batin. Teater tradisi, memberikan pengalaman batin baik kepada penonton dan pelakunya. Benda-benda yang dipakai, bukan hanya barang tetapi juga adalah pelaku yang memiliki jiwa dan kehendak. Diajak berdialog dan diperlakukan dengan hormat.
Tidak bisa dipungkiri kenyataanya bahwa, theater tradisi selalu berjalan lurus dengan kesenian yang notabenenya adalah suatu mahakarya dari senimannya. Seni terlahir dari apa yang hidup dan tumbuh di sekeliling kehidupan senimannya: bumi yang dipijaknya, masyarakat di sekitarnya, bangsa dan negaranya, kehidupan sosial politis yang melingkunginya, sejarahnya, semangat, serta cita-cita zamannya(wisata theater:2011). Setiap hal yang disuarakan dalam suatu karya seni adalah apa yang tumbuh bergejolak dalam lingkungan masyarakatnya melalui pemikiran dan kerja senimannya. Jadi, seniman adalah corong dari masyarakat dan zamannya. Kebebasan dalam seni sesungguhnya menuntut adanya sebentuk tanggung jawab. Tanggung jawab terhadap dirinya sendiri maupun terhadap masyarakat dan zamannya, karena manusia pada dasarnya memiliki kecenderungan kepada kebenaran dan kebaikan(wisata theater:2011). 
Oleh karena itu, seni sering berkaitan erat dengan masalah moralitas. Seperti kata Hudson (1913:226) ”art is vitally connected with morality”. Seni yang sejati hanya bisa tumbuh atas kewajaran dan kejujuran; jujur menurut kenyataan jiwanya, dan wajar menurut kenyataan situasi dirinya serta lingkungannya.
 Sebagai karya seni, drama Jawa pun memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan serta permasalahan manusia. Aspek-aspek kejiwaan, masalah sosial, keagamaan, metafisika, politik, dan hak-hak azasi manusia merupakan daerah pembicaraan drama. Jika kita sadar, maka pemasalahan-permasalahan seperti itulah yang sesungguhnya menjadi visi dan esensi sebuah pertunjukan teater.

1 komentar: